Kamu itu pasir
Pasir putih berkilat di tepian pantai
Kamu menari
Menari mengayun ombak
Kamu berdansa
Berdansa bertautan cahaya
Kamu itu angin
Angin Surga pembawa dahaga
Andai saja kamu tetap ada
Setia menyapa lara
Mengapa kumbang hinggapi tanaman
Mengapa lalu terbang tinggalkan halaman
Andai saja ia ada
Setia dalam duka
Mengapa tak tinggal
Malah lari kalang kabut mengejar berandal
Padahal aku ada
Padahal aku tinggal
Lalu aku jadi sendiri
Sendiri menyapa lara
Sendiri dalam duka
2
Bicara saja
Padahal tak tahu suatu apa
Jadi biarkan saja
Biarkan kata-katanya menguap
Diserap lalat, lintah, dan polusi udara
Memang siapa ia?
Ia tak punya kuasa untuk buatku merana
Deburnya itu semu
Datang menahun
Tiada menggoyang bebatuan laut
Maunya apa kalau cuma menakuti
Maka tumbuhkan dulu rahangnya
Karna menggertak pun ia perlu gigi
Dan getirnya juga bohong
Hanya meratap tuk sebentar melenyap
Buat apa?
Di sini kita tetap berdansa
Berdua hanya kita yang tahu
Bicara saja
Padahal tak tahu suatu apa
Jadi biarkan saja
Biarkan kata-katanya menguap
Diserap lalat, lintah, dan polusi udara
Memang siapa ia?
Ia tak punya kuasa untuk buatku merana
Deburnya itu semu
Datang menahun
Tiada menggoyang bebatuan laut
Maunya apa kalau cuma menakuti
Maka tumbuhkan dulu rahangnya
Karna menggertak pun ia perlu gigi
Dan getirnya juga bohong
Hanya meratap tuk sebentar melenyap
Buat apa?
Di sini kita tetap berdansa
Berdua hanya kita yang tahu
3
Berpuisi indah-indah
Tapi seolah tak menahu apa-apa
Badannya capai, letih dan lelah
Apalagi hati, sakit sampai berdarah
Pun tetap berdiri ia
Berpijak kuat, tegar dan mengalah
Maka itu ia disebut perempuan
Dan kan terus berpuisilah ia
Meski kan tetap tak tahu satu jua di depan laki-lakinya
Ada perempuan menyulam luka dengan senyuman
Mungkin ia malaikat perempuan
Tapi baru kali ini aku lihat seorang malaikat penuh luka dan sayatan
Maka itu perempuan disebut-sebut indah
Tapi seolah tak menahu apa-apa
Badannya capai, letih dan lelah
Apalagi hati, sakit sampai berdarah
Pun tetap berdiri ia
Berpijak kuat, tegar dan mengalah
Maka itu ia disebut perempuan
Dan kan terus berpuisilah ia
Meski kan tetap tak tahu satu jua di depan laki-lakinya
Ada perempuan menyulam luka dengan senyuman
Mungkin ia malaikat perempuan
Tapi baru kali ini aku lihat seorang malaikat penuh luka dan sayatan
Maka itu perempuan disebut-sebut indah
No comments:
Post a Comment