Friday, July 30, 2010

Warna-warni Ceria

Kemarin aku menghabiskan kurang lebih 10 jamku di bus malam yang membawaku pulang ke rumah tercinta. Itu bukan yang pertama kali. Sudah untuk kesekian kalinya aku naik bus malam tersebut, tapi dia selalu menyajikan cerita yang berbeda. Kali ini dia menawarkan dua buah cerita cinta, dan karena aku menyaksikannya sambil mendengarkan musik dari i-pod mungil yang sebagian besar isinya adalah lagu cinta, setiap gerakan dan kejadian yang berlangsung di dalam bus pun tak ubahnya sebuah film drama romantik.

Senang melihat bentuk nyata yang namanya cinta. Salah satu penumpang bus yang sama denganku adalah seorang perempuan, lebih lagi dia adalah seorang ibu. Dia tidak sendiri, dia bersama suami dan satu orang putra kecilnya. Sewaktu masih di ruang tunggu penumpang, sebelum bus siap untuk dinaiki, aku sudah memperhatikan ibu tersebut. Dia berjilbab, sedikit gemuk, dan pasti penuh cinta, seperti ibu-ibu lainnya di seantero jagad raya. Dia sibuk memakaikan sandang kepada putranya, tampak anak laki-laki tersebut habis dimandikan. Sang Ibu dengan sabar dan terlatih memasangkan mulai dari kaos, celana panjang, jaket, sampai dengan kaos kaki ke badan anak laki-lakinya. Setelah memastikan putranya terhindar dari dingin, ia menyisir rambut anaknya. Sekarang putranya sudah rapi dan ganteng.

Berlanjut ke bus. Tepat di dua kursi sebelah kursi aku, ada seorang laki-laki dan seorang perempuan, dan keduanya saling mencinta. Kalian juga pasti bisa dengan mudah melihat dua orang yang saling jatuh cinta bukan? Kalau penumpang-penumpang yang lain memilih untuk tidur, atau BB-an, atau mendengarkan musik seperti aku, mereka berdua memilih untuk terus bergenggaman tangan. Untung aku pernah mengalaminya – bedanya lokasi kejadiannya bukan bus, melainkan kereta –, kalau tidak aku pasti sudah didera rasa iri berlebihan!

Cinta, dalam jenis apa pun, selalu penuh warna-warni ceria.

GEREJA

Untuk sebagian orang ini mungkin hanya sebuah gedung atau bangunan. Untuk sebagian lagi, ini adalah tempat untuk bersosialisasi – mulai dari berteman, mencari pasangan, juga tidak sedikit yang memang mencari Tuhan untuk kebutuhan sosialisasinya –.

Untuk saya sendiri, Gereja adalah sejarah, sekaligus keseharian. Waktu kecil saya sering bermain di sini, sambil menunggu orang tua menunaikan ibadah mereka. Menginjak remaja, Gereja sering digunakan oleh anak-anak muda – sering disebut mudika (muda-mudi Katolik) – sebagai tempat untuk berkumpul. Pada saat itu mungkin fungsi Gereja tidak jauh berbeda dengan Starbucks (minus kopi, snack, asap rokok, dan rok mini). Itu mengapa Gereja adalah sejarah, dari kecil saya mengenalnya.

Saat ini, bagi saya Gereja sudah beralih fungsi.

Gereja itu hidup. Dia mengenalkan saya pada kerendahan hati. Dia juga yang memberi saya pengetahuan mengenai kasih dan memberi. Bayangkan saat kamu tidak menemukan satu orang pun yang bisa dipercaya untuk menerima keluh kesah kamu, fungsi Gereja menjadi sangat nyata.

Gereja adalah jembatan; antara bumi dan Surga; antara saya dan Tuhan. Sering saya berpikir, siapa saya buat Tuhan yang besar itu sampai Dia selalu melindungi saya. Kalau ada cinta yang tidak bersifat timbal balik, pasti hanya milik Tuhan dan orang tua.

Gereja adalah sebuah mesin yang selalu berhasil mengingatkan saya mengenai betapa kecil dan bukan siapa-siapanya saya. Itu mengapa bagi saya Gereja lebih merupakan keseharian untuk sekarang-sekarang ini.

Saya dedikasikan untuk Tuhan Yesus, Makhluk Super

Yang Penuh Kasih dan Cinta.

Terima kasih untuk merelakan waktu-waktu

sibuk-Mu, untuk menemui aku di Gereja.

Friday, July 23, 2010

Perfectly Match For Each Other (Padlock and It’s Key)

Perfectly match for each other, that’s the phrase you ever used to describe your parents. I think, now I begin to understand the feel of it, not just literally. I don’t need to make many adjustments of myself to make us work. Maybe it’s too early to conclude, but I’m just too happy to not convey.

I like the way you sing a song. I like the way you make me laugh (are you a comedian?).

I like the time when we discussed about love songs lyric or any songs lyric.

“It’s not always rainbows and butterflies, but compromise that moves us along” – She Will Be Loved (Maroon 5)

“Everybody knows, but nobody really knows” – Everybody Knows (John Legend)

“I wish you the best, I guess” – (still) Everybody Knows (John Legend)

I like the theme song of us – for this phase – ,which you found:

“If everything could ever feel this real forever” – Ever long (Foo Fighters)

You treat me well. There’s no man still texting me every single day to say good morning after two and a half months he attempt me.

Your family is fun. Now I know where you get the “pada dasarnya aku sih santai” style.

We love book, movie, music – art –. We love escapade. I do really enjoyed the “tornado”, but not to re-enjoy!

We’re not ashame to show that we’re in love, just like those teenagers do, but we talk like adult – even-though in the “manja” format –.

I don’t know how this world works, I don’t even have a braveness to have a long-term hope, I just want to admire this priceless time.

If you’re the padlock, I’m the key, or, we can switch.