Monday, July 12, 2010

Hujan, Cinta, dan Kamu

Saya suka hujan. Waktu hujan saya tidak perlu mencari alasan untuk bisa sendiri. Hujan adalah saat untuk saya dan pemikiran-pemikiran saya, saya dan impian-impian serta mimpi-mimpi saya. Hujan adalah waktu untuk saya mengkhayalkan kamu. Hujan adalah waktu untuk saya mengkhayalkan kamu sedang bersama Fabian dan Refa. Saya sayang kalian bertiga bahkan sebelum kedua yang terakhir ada. Hujan adalah saatnya bagi saya merancang gaun pengantin putih saya, ruang tidur utama rumah saya, dan mungkin nama ke tiga untuk calon anak ke tiga saya. Kamu punya ide?

Tapi akhir-akhir ini saya sedikit marah pada hujan. Dia mencegah kamu menemui saya.

Apa kamu tahu hujan juga punya bau? Baunya menenangkan. Saya rindu bau kamu. Apa kamu tahu bau hujan bercampur tanah jauh lebih menenangkan? Saya rindu bau kamu campur bau saya. Rasanya seperti berkubang dalam ketenangan.

Saya paling suka tidur dipeluk hujan. Saya benci kalau sebelum jauh tertidur, hujan sudah berhenti. Rasanya sama seperti saat jam kunjung memaksa kamu pulang sebelum saya sempat mencari punggung lain untuk dilihat.

Apa kamu sadar? Hujan jadi mirip kamu. Apa Tuhan sengaja membuat hujan jadi mirip kamu? Mungkin untuk menenangkan saya yang selalu rindu kamu.

Orang-orang bilang mereka tidak suka hujan karena semua hal dan kegiatan jadi terhambat. Bukankah itu bagus? Saya suka kalau kamu tetap di sini dan waktu bergerak lambat.

Hujan itu sejuk. Seperti cerita-cerita, keluhan-keluhan, nasihat-nasihat yang kamu bawa untuk saya, semuanya dapat membantu saya mendinginkan hari. Jadi teruslah bercerita. Kalau ada orang lain atau bahkan diri kamu sendiri menganggap cerita kamu aneh, percayalah itu bukan saya.

Waktu saya masih kecil, saya sering bermain hujan. Mama tidak pernah melarang saya bermain hujan, asal setelah itu saya mandi sampai bersih dan wangi. Bermain hujan itu asyik. Bermain hujan tidak membuat saya demam karena saya tahu kapan waktunya berhenti dan mandi. Bermain hati dengan kamu lebih asyik daripada bermain air dengan hujan. Tapi bermain hati dengan kamu lebih berbahaya. Sampai sekarang saya tidak tahu kapan waktu yang tepat untuk berhenti. Lebih dari itu, saya tidak tahu apakah saya perlu berhenti dan bermain lagi lain hari, atau saya harus terus bermain dan mengambil resiko sakit hati. Sakit hati pasti lebih sakit daripada sakit demam. Satu lagi bedanya bermain dengan hujan dan bermain dengan kamu, dalam permainan dengan kamu saya tidak lagi mendengarkan nasihat mama.

Hujan membawa rejeki bagi anak-anak kecil yang dipaksa dunia untuk jadi tukang ojek payung. Sementara kamu membawa banyak harapan bagi saya yang sempat dipaksa dunia untuk jadi penakut.

Banyak alat bisa digunakan untuk menghindari hujan. Tapi saya tidak pernah menemukan cara untuk menghindari kamu.

Banyak juga sarana dan prasarana untuk menolak hujan. Coba beritahu saya cara menolak cinta, atau cara menolak kamu.

Hujan jadi tidak terlalu mirip lagi dengan kamu.

Beberapa orang berpendapat hujan itu romantis. Saya sendiri sependapat. Kamu, dengan cara kamu sendiri, cukup romantis.

Saya tidak tahu mana yang lebih banyak, mereka yang suka dengan hujan seperti saya, atau mereka yang merasa terganggu olehnya. Tapi saya yakin, mereka semua suka dengan pelangi yang muncul setelah hujan reda. Dan itulah yang bisa selalu saya syukuri, bahwa pasti ada sesuatu yang indah di balik genggaman tangan kita.

No comments:

Post a Comment