Biasanya aku tidak pernah ambil pusing dengan dua kata di atas, karena memang cukup sering digunakan, dan tidak jarang digunakan untuk berbasa-basi. Contoh: saat pelayan restoran mengantarkan makanan yang kita pesan, kalau mood sedang OK kita bilang “makasih, Mbak/ Mas/ Teh/ Aa”, kalau nilai kuis jelek karena terlalu sibuk berorganisasi (pengalaman!) biasanya kita diam-diam saja. Tapi belakangan, kata terima dan kasih itu cukup jadi ganjalan di hati. Akhir-akhir ini gabungan kata itu tidak lagi cukup untuk mewakili rasa terima kasih yang sebenarnya aku rasakan. Lalu aku coba menambahkan konjungsi “banget” setelah kata “kasih”, belum juga mewakili. Pernah sekali aku sisipkan frasa “super duper” di depan kata “terima”, alhasil jadi seperti ini “super duper terima kasih banget (baca: buangetttt)”, dan tetap tidak berhasil. Menyerah.
Andai ada satu saja orang yang bisa mengerti seberapa besar rasa terima kasihku karena keberadaanmu.
It’s not a person on my special day, it’s a special person on my every day.
No comments:
Post a Comment