Saturday, November 2, 2013

Cinta tanpa suara.

Mungkin kita adalah sepasang kekasih itu. Kekasih hati yang tahu mencintai, tapi tak tahu memiliki. Kekasih yang lebih tau mencintai saat terpisah kata, terpisah rasa. Kekasih yang selalu merasa kurang saat bersama dan selalu bertanya-tanya apakah memang dia adanya. Namun saat peluk tak lagi bisa dijangkau, di situlah hati meyakini satu sama lain.

Atau mungkin memang cerita kita tak berakhir di sini. Akan tiba saatnya kau kembali lalu aku memaki tapi kau kan tetap kembali. Mungkin dari sekian banyak skenario yang bisa ku pikirkan, ini adalah skenario terbaik. Lalu kita kan bersama, beranak cucu berdua. Ku buatkan kau kopi pahitmu setiap pagi dan kau dengarkan celotehku saat kembali dari pengejaran hari.

Namun yang paling mungkin sedang terjadi adalah sebenarnya aku mencintai dan kau tidak. Sesederhana itu. Aku mencintai dan kau tidak. Dan sulit sekali hati mengerti. Sulit ku memahami. Karna lalu buat apa cintaku? Buat apa pedihku? Kenapa harus ada pihak-pihak seperti aku? Lalu ada pihak-pihak seperti kamu. Dan nanti akan ada pihak-pihak seperti dia, yang memenangkan hatimu? Kesedihan ini nyata, senyata rasa cinta yang tak kunjung henti. Senyata harap yang tak segera habis.

-Aku.

No comments:

Post a Comment